Ingin memiliki struktur gigi
yang rapi agar senyum lebih menawan tanpa kawat gigi? Sekarang bisa gunakan
Aligner lho!
Bukan hanya menunjang
penampilan, struktur gigi yang rapi juga mendukung proses mengunyah makanan
agar maksimal. Bila selama ini penggunaan behel atau braces dikenal sebagai
salah satu cara untuk merapikan susunan gigi, seiring perkembangan teknologi
belakangan muncul cara yang lebih efektif yakni dengan penggunaan aligner.
Aligner merupakan metode
terbaru untuk merapikan gigi dengan alat lepasan yang berbahan dasar plastik
medical grade dan BPA (Bhisphenol A) free. Selain itu, karena terbuat dari
plastik bening, alhasil saat digunakan alatnya jadi tidak terlihat.
Proses kerja aligner juga
tidak sulit, yakni dengan menggerakkan gigi sesuai bentuk alignernya.
“Untuk jumlah set dan bentuk
aligner biasanya disesuaikan dengan tingkat kesulitan kasus yang sudah
disimulasikan before after treatment-nya menggunakan AI (Artificial
Intelligence) dan untuk satu set aligner biasanya dipakai selama 7-10 hari
selama minimal 22 jam per hari,” jelas drg. Linus Boekitwetan, M.Kes,
Certified Clear Aligner Provider.
Aligner Vs Braces, Mana yang
Lebih Baik?
Baik aligner maupun braces
memang cukup menuai banyak pro dan kontra. Meski keduanya sama-sama berfungsi
untuk meratakan gigi, tetapi tetap saja masing-masing memiliki kelebihan dan
kelemahannya sendiri.
Braces
- Menempel pada gigi sehingga pembersihan gigi membutuhkan perhatian ekstra
- Dapat menimbulkan iritasi seperti sariawan apabila bagian dalam mulut terkena bagian braces yang tajam
- Bisa menimbulkan rasa sakit
sekitar 3-7 hari pada awal pemakaian
- Tidak dapat dilepas pasang
sendiri
- Harus melakukan kontrol rutin
setiap bulan
- Apabila ada braces yang lepas
harus segera datang untuk dipasang kembali
Aligner
- Bisa dilepas pasang sendiri
sehingga pembersihan gigi lebih mudah
- Lebih nyaman karena dapat
dilepas sewaktu makan
- Tidak menimbulkan rasa sakit
karena hanya menggerakkan gigi sekitar 0.25 mm per aligner
- Lebih indah karena tidak
terlihat saat dipakai
- Tidak perlu melakukan kontrol
rutin setiap bulan
- Hasil akhir perawatan dapat
diketahui lebih dahulu karena sudah ada simulasi 3D-nya
- Pemakaian minimal 22 jam per
hari, apabila tidak dipakai maka hasilnya tidak maksimal
“Untuk kasus ringan atau
moderate hasil akhirnya sama baik antara aligner dan braces. Namun untuk kasus
yang sulit akan tetap lebih baik menggunakan braces untuk hasil maksimal,”
imbuh drg. Linus.
Pertanyaannya, Sejak Usia
Berapakah Aligner Boleh Digunakan?
drg. Linus menerangkan bahwa
aligner tahap 1 bisa digunakan untuk usia 6-10 tahun (usia gigi bercampur atau
mixed dentition) oleh provider aligner dari Amerika Serikat. Akan tetapi
setelah tahap 1, pemakaian aligner harus dilanjutkan ke tahap 2 pada usia 12
tahun jika gigi tetapnya sudah tumbuh semua.
“Nah, aligner ini tidak
dianjurkan untuk anak usia dini karena pemakaiannya harus disiplin yakni selama
22 jam setiap hari. Jadi dikhawatirkan anak usia dini tidak bisa memenuhi
syarat waktu pemakaian tersebut,” tambahnya.
Sedangkan untuk lama pemakaian
drg. Linus menjelaskan setelah set 1 dipakai selama 7-10 hari, aligner harus
diganti ke set 2, set 3 dan seterusnya sampai gigi rapi sempurna sesuai dengan
simulasi 3D treatment plan-nya. Biasanya selama 6-12 bulan sudah selesai perawatannya.
Lalu Siapa Saja dan Apa
Sajakah Syarat Seseorang Boleh Menggunakan Aligner?
Menjawab pertanyaan tersebut
drg. Linus mengatakan bahwa setiap orang boleh menggunakan aligner tergantung
pemilihan kasus dan budget.
Sedangkan syarat utama
pemakaian aligner yakni tulang di sekitar gigi masih baik (dilihat dari rontgen
panoramik). Selain itu apabila ada karang gigi, penyakit gusi, atau gigi
berlubang harus dilakukan perawatan dulu, karena jika ada penambalan gigi
setelah memakai aligner, akan menyebabkan aligner tidak fit atau tidak pas
sehingga tidak bisa menggerakkan gigi yang akan dirapikan.
Proses Merapikan Gigi dengan
Aligner
Apabila seseorang ingin
menggunakan aligner, berikut beberapa tahapan yang harus dilakukan :
1. Melakukan analisis kasus dengan mengumpulkan data dari foto ekstraoral (foto wajah) dan intraoral (foto gigi), rontgen panoramik dan sefalometrik
2. Dilakukan pencetakan gigi
untuk dikirim ke dental lab provider aligner dan di scan cetakan giginya atau
apabila sudah memiliki intra oral scanner dapat langsung dilakukan scan gigi di
mulut pasien
3. Setelah itu dilakukan simulasi
3D pergerakan giginya sebelum dan sesudah perawatan dengan menggunakan software
AI (Artificial Intelligence). Sehingga pasien dapat mengetahui hasil akhir
bentuk giginya seperti apa dan lama perawatannya (lama perawatan tergantung
jumlah set)
4. Setelah 3D disetujui oleh
dokter dan pasien, baru dilakukan pembuatan aligner di dental lab
“Sekarang sudah ada berbagai
macam provider aligner dari Indonesia, Amerika Serikat, Jepang, Singapore, dan
lain-lain dengan berbagai macam kelebihan dan kekurangannya. Karena itu
pemilihan kasus oleh dokter gigi lah yang paling menentukan teknologi provider
aligner mana yang paling tepat sekaligus penentuan apakah bisa menggunakan
aligner atau harus menggunakan braces,” tutup drg. Linus.