Orang bilang, wanita paling cantik saat tersenyum, apalagi jika
tertawa dengan lepas. Mungkin hal itu yang membuat wanita mulai memerhatikan
keindahan giginya. Kini, ada prosedur yang dikenal dengan istilah veneer, yang ditawarkan dunia kedokteran
untuk mencapai penampilan gigi yang ideal.
Drg. Linus Boekitwetan,
M.Kes, menuturkan, veneer adalah lapisan tipis material yang biasanya
ditempel secara permanen di bagian depan permukaan gigi. Prosedur ini dilakukan
untuk menutupi warna gigi yang menjadi kekuningan atau keabu-abuan, yang tidak
dapat dilakukan bleaching atau pemutihan gigi. Selain itu, veneer mampu
memperbaiki bentuk gigi yg patah atau berlubang, menutupi celah diantara gigi
dibandingkan pemakaian kawat gigi yang memakan waktu lebih lama, serta merapikannya.
Sebenarnya, veneer gigi
bukanlah hal baru. Veneer telah
dipraktikkan sejak tahun 1930-an oleh dokter gigi bernama Charles Pincus di
California, dengan tujuan merubah penampilan sementara aktor Hollywood pada
waktu pembuatan film. “Pada saat itu, bahan adhesif atau bahan perekat antara veneer
dan gigi belum begitu baik, maka veneer hanya bersifat sementara.
Hingga kini, bahan adhesif dan material veneer terus berkembang menjadi
lebih baik dan lebih awet,” cerita Drg. Linus. Hingga selama kurang lebih 2
tahun terakhir, veneer pun banyak digemari para selebriti baik dari luar
maupun dalam negeri.
JENIS VENEER
Secara umum, veneer dibagi menjadi 2
jenis; direct veneer dan indirect veneer. Direct veneer adalah veneer
yang langsung dikerjakan dan dibentuk di gigi pasien, berbahan dasar
komposit resin. “Biasanya hanya perlu satu kali kunjungan, tetapi kekurangannya
warna bisa berubah dan kurang tahan lama,” ujar drg. Linus. Jenis kedua adalah veneer berbahan dasar porselen.
“Biasanya memerlukan waktu dua kali
kunjungan, karena pembuatan porselen dilakukan di dental laboratorium dan
membutuhkan waktu sekitar satu minggu. Kelebihannya ketahanan nya lebih baik
dibanding komposit dan warna lebih stabil jika dipakai dalam jangka waktu
lama,” tambahnya lagi.
PROSEDUR VENEER
Pada umumnya, dibutuhkan
tiga kali kunjungan ke dokter gigi untuk memasang veneer gigi, yaitu
sekali untuk konsultasi dan dua kali untuk membuat dan memasangkan veneer.
“Pertama dilakukan smile assessment atau smile analysis, dan
dibuatkan mock-up yaitu model gigi setelah dilakukan veneer,
supaya pasien bisa melihat gambaran atau hasil akhir setelah dilakukan veneer.
Setelah setuju dengan hasilnya, maka dapat dilanjutkan dengan pengerjaan veneer
dengan cara direct atau indirect,” jelas Drg. Linus. Sebelum
dilakukan preparasi atau pengurangan lapisan gigi, biasanya diberikan anestesi
agar pasien lebih nyaman pada waktu pengerjaan.
Namun, adapula kondisi pasien dimana
pemasangan veneer perlu diperhatikan agar tidak terjadi
kesalahan-kesalahan yang fatal. “Misalnya, gigi yang sudah berlubang sangat
besar, karena bahan adhesif atau bahan pelekat veneer dengan gigi
tergantung dengan banyaknya email gigi yang tersisa. Perhatikan pula jika Anda
memiliki kebiasaan buruk seperti bruxism,” pungkas Drg. Linus. Lulusan
Magister Kesehatan bidang Ortodontik, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti
tahun 2007 ini menambahkan, posisi gigi juga ikut berpengaruh seperti terlalu
berjejal atau menumpuk, celahnya terlalu besar, dan lain sebagainya.
PERBEDAAN VENEER GIGI DENGAN BLEACHING
Pada pengerjaan veneer,
bagian permukaan gigi atau labial gigi dikecilkan minimal sekitar 0,5 mm.
Ukuran bisa berubah tergantung kasus dan posisi gigi tersebut. “Kalau tidak
dikecilkan sedikit, gigi akan tampak menonjol akibat veneer tersebut,”
imbuh Drg. Linus. Dokter gigi yang membuka praktiknya di Jakarta Barat ini
menuturkan, prosedur bleaching hanya menggunakan gel berkandungan
hidrogen peroksida yang diletakkan pada bagian permukaan gigi atau labial gigi.
“Keduanya memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, semua tergantung
dari kebutuhan pasien,” ujarnya.
RESIKO VENEER GIGI
“Jika gigi sudah diasah untuk veneer,
maka seumur hidup harus menggunakan veneer. Pada saat pemakaian, veneer
pun bisa lepas atau rusak atau pecah jika Anda memiliki kebiasaan mengunyah
makanan yang keras, jadi perlu biaya tambahan untuk menggantinya,” ujar Drg.
Linus. Gigi pun dapat beresiko menjadi lebih sensitif karena telah dikikis. Ia
menganjurkan, untuk selalu mengontrol gigi Anda setiap 6 bulan hingga setahun
sekali.