Gigi yang berjejal atau crowding memang tak sedap dipandang mata. Lebih dari itu, gigi berjejal bisa mendatangkan masalah kesehatan. Pasalnya, akibat susunan gigi yang tidak rapih tersebut, pembersihan jadi lebih sulit dilakukan. Sehingga gigi akan lebih mudah berlubang atau mengalami karies. Demikian pendapat Drg. Linus Boekitwetan, M.Kes (Ort).
Masih menurut Drg. Linus, anak yang memiliki gigi berjejal juga cenderung tumbuh menjadi pribadi yang tidak percaya diri. Maklum, gigi yang susunannya kurang rapi, gingsul, maju atau bahkan cameh (kondisi dimana gigi bawah lebih maju dari gigi atas) memang dapat membuat senyuman jadi tidak seindah yang seharusnya. Itu sebabnya, anak yang memiliki gigi berjejal seringkali menarik diri dari berbagai hubungan sosial.
New SMILE... New LIFE... New YOU !
Umumnya, gigi berjejal dapat terbentuk karena faktor keturunan. Misalnya karena kombinasi genetik antara ayah yang memiliki gigi ukuran besar dengan ibu yang mimiliki rahang kecil. Maka bisa jadi sang buah hati nanti lahir dengan rahang kecil dan kecenderungan memiliki gigi besar. Akibatnya, karena tidak memiliki cukup ruang, saat tumbuh gigi akan menjadi bertumpuk.
Disamping itu, kebiasaan buruk seperti menghisap jempol, dot serta menggigit-gigit bibir atau kuku juga dapat memicu kelainan pertumbuhan gigi yang dapat menyebabkan gigi berjejal. Bahkan gigi susu yang tanggal sebelum waktunya akibat kecelakaan atau pencabutan gigi berlubang, juga bisa menjadi salah satu indikasi penyebab tidak rapihnya susunan gigi.
SOLUSI
Seiring dengan perkembangan teknologi, gigi yang berjejal pada dasarnya dapat segera diperbaiki. Caranya tentu dengan membawa anak ke dokter gigi.
"Sejak anak usia 6 tahun sebenarnya sudah dapat dideteksi, bagaimana kemungkinan pertumbuhan giginya kelak. Sebab di usia 6 tahun, gigi geraham pertama dan 4 gigi seri permanen atas bawah sudah mulai tumbuh. Dari situ dokter bisa langsung mengevaluasi. Jika perlu intervensi maka bisa dilakukan tindakan sebelum usia 12 tahun. Tetapi jika bisa ditunda, maka proses merapihkan gigi baru dilakukan pada usia 12 tahun, dimana gigi permanen sudah erupsi atau tumbuh semua," jelas Drg. Linus.
Drg. Linus juga mengatakan bahwa untuk pemasangan kawat gigi permanen seperti metal braces dan clear braces sebaiknya memang dilakukan saat anak sudah berusia 12 tahun. Sementara di usia 6 tahun ke atas, apabila memang diperlukan, tindakan perapihan gigi dapat mulai dilakukan dengan menggunakan kawat gigi lepasan.
Namun demikian, Drg. Linus juga mengakui bahwa penggunaan kawat gigi lepasan pada anak usia 6 tahun ke atas biasanya kurang efektif, karena anak-anak seringkali kurang disiplin memakainya bahkan tak jarang ada yang menghilangkannya.
"Jadi sebenarnya di usia 6 tahun ke atas yang lebih perlu dilakukan adalah bimbingan dan perhatian dari orangtua. Misalnya dengan cara menyuruh anak sikat gigi secara teratur, pagi setelah sarapan dan malam menjelang tidur. Upaya lainnya adalah dengan rutin membawa anak memeriksakan giginya ke dokter gigi, paling tidak 6 bulan sekali. Sehingga apabila ada gigi berlubang atau kemungkinan gigi tumbuh berjejal, dokter dapat segera melakukan antisipasi," katanya lagi.
Lebih lanjut Drg. Linus menjelaskan bahwa dengan semakin berkembangnya teknologi, saat ini ada inovasi baru merapihkan susunan gigi yang disebut dengan Invisalign. Sesuai dengan namanya Invisalign bentuknya transparan alias tidak terlihat, serta dapat dilepas sewaktu makan dan sikat gigi.
"Invisalign ini sama efektifnya dengan kawat gigi permanen. Khusus untuk anak usia 12 tahun ke atas dibedakan dengan nama Invisalign Teen, dimana terdapat indikator didalamnya untuk mengetahui apakan anak tersebut rutin menggunakannya atau tidak. Memang dari segi biaya, Invisalign lebih mahal daripada kawat gigi biasa karena pembuatannya masih di Amerika dan penampakannya pun lebih sempurna. Disamping itu, tidak sembarangan dokter bisa mengerjakannya. Hanya dokter yang sudah memiliki sertifikasi dari Invisalign yang bisa memasangnya, " tutup Drg. Linus.